Sabtu, 28 Januari 2012

Asal Mula kata "Fu*k" dan Tradisi Mengacungkan Jari (o,o...) Tengah

Bagi yang belum mengerti, "f*ck" adalah sebuah kata yang (mungkin) sangat sering kita dengarkan, dengan konotasi yang sedikit negatif. Sering dijumpai terutama pada film-film dewasa. Ada berbagai versi cerita tentang asal usul kata "fuck" ini.




1. Berdasarkan pengetahuan umum secara resmi melalui wikipedia. Diketahui penggunaannya pertama kali dalam isyarat yang terdapat dalam puisi campuran bahasa latin dan inggris pada sekitar tahun 1500 dengan judul flen flyys. Baris puisi yang mengandung kata “fuck” tertulis sebagai berikut, “non sunt in coeli, quia gxddbov xxkxzt pg ifmk”.
Sandi yang tertulis “gxddbov xxkxzt pg ifmk” diter
jemahkan menjadi “non sunt in coeli, quia fvccant vvivys of heli” yang dalam bahasa inggris berarti “they are not in heaven because they fuck wives of ely”.
Kata “fvccant” (diserap ke dalam bahsa inggris menjadi “fuck”) adalah kata slang latin yang berarti "bersenggama". Frase itu sengaja disandikan seperti itu karena maksud puisi itu yang ditujukan kepada anggota-anggota gereja saat itu yang mempunyai prilaku tidak menyenangkan.

2. Ada beberapa versi yang menjelaskan tradisi mengacungkan jari tengah dalam budaya barat tersebut. Salah satu yang dianggap bisa diterima lebih luas adalah terdapat dalam komedi yunani kuno yang berjudul the clouds yang dikarang oleh aristophanes.

Dalam salah satu bagian cerita, disebutkan ada seorang politican yang sedang mencoba mengejek lawan politiknya dengan menunjukkan jari tengah (diperagakan seakan keluar dari selangkangan), yang berarti “bodoh”. Sejalannya waktu, arti ini terus berubah tetapi masih dengan tujuan negatif/ memperolok seseorang.

3. Versi lain yang lebih populer adalah berasal dari peperangan hundred years' war (1337-1453) antara inggris dengan prancis. Pada saat itu, pasukan prancis cukup kewalahan menghadapi pasukan pemanah dari inggris. Pada akhirnya pemimpin prancis saat itu memerintahkan untuk memotong jari tangah para pemanah inggris yang tertangkap.

Kemudian, oleh pemanah-pemanah inggris yang menggantikan mereka yang tertangkap, mereka sering menunjukkan jari tengah mereka kepada pasukan prancis untuk mengejek kalau mereka masih mempunyai jari mereka dan akan terus melesatkan panah ke arah pasukan prancis.

Tetapi versi ini juga masih menjadi perdebatan diantara mereka sendiri, dalam versi lain dikatakan kalau jari yang dipotong bukan hanya jari tengah, tetapi juga dengan jari telunjuk. Sehingga mereka para pemanah inggris mengejek pasukan prancis dengan menunjukkan dua jari kepada mereka. Sama seperti tanda peace yang sering dipakai sekarang tetapi dengan punggung tangan yang menghadap musuh.

4.berikut pernyataan dari versi yang lainnya

“in ancient england, people could not have sex without consent from the king. When people want to have a child, they had to solicit a permission to the monarchy, in turn they would supply a plaque to hang on their door when they had sexual relations. The plaque read “fornication under consent of the king” (f.u.c.k) this is the origin of the world.”

dan berikut terjemahannya:

“jaman dahulu kala di negara inggris, penduduknya tidah boleh melakukan hubungan seksual tanpa ijin dari sang raja. Saat mereka ingin memiliki anak, mereka harus mengajukan ijin kepada pihak kerajaan. Setelah itu pihak kerajaan akan memberikan “tanda / kartu” untuk digantung di pintu pasangan tersebut selama mereka berhubungan. Tanda tersebut bertuliskan “hubungan intim telah mendapatkan ijin dari raja”, atau dalam bahasa mereka ditulis dengan “fornication under consent of the king” (f.u.c.k).






Tidak ada komentar:

Posting Komentar